Paroki St. Maria Ratu Rosari Gianyar
Permulaan
Paroki ini berdiri sejak ada umat Katolik dan umat yang menerima pembaptisan tahun 1980 (bdk. Buku Sakramen Pembaptisan Paroki Gianyar). Dengan demikian sejak saat itu, Gereja mulai lahir dan bertumbuh. Dari kesaksian beberapa orang perintis mulainya kehidupan Gereja sejak tahun 1976. Mereka itu adalah keluarga-keluarga katolik anggota TNI – AD yang tinggal di Jln. Kesatrian Denzipur – Gianyar. Dengan hadirnya umat dimulailah pelayanan sakramen-sakramen oleh seorang Pastor sebagai Gembala Umat.
Karya Misi di Gianyar diawali oleh seorang Pastor bernama Maurice Le Coutur, MEP (Perancis). Beliau melayani umat dari tahun 1978-1995. Berkat pelayanan yang terus menerus dari 7 kepala keluarga tersebut berkembang hingga kini (Februari 2018) sudah 175 kepala keluarga dengan jumlah total 562 jiwa. Mereka berdomisili di dua Kabupaten yakni Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli.
Pada umumnya, umat Paroki Gianyar berdomisili menyebar dan sering berpindah-pindah karena faktor ekonomi (sekitar 40% umat tinggal di rumah kontrak). Maka Paroki Gianyar dapat dikatakan representasi dari Gereja Diaspora. Model Gereja yang demikian ini memerlukan perhatian khusus masing masing agar umat mendapat pelayanan rohani dengan baik. Gaya pelayanan pastoral yang cocok adalah pelayanan pastoral Gembala yang Baik: berkeliling berbuat baik dengan melayani tanpa kenal lelah, tanpa membedakan status ekonomi.
Setelah kehadiran Pastor Maurice Le Coutur, MEP mulai berkarya tahun 1978-1995, pelayanan umat dilanjutkan oleh RD. T Natawijaya (Solo) tahun 1995-2001, kemudian RD. Y. Handriyanto Wijaya (Jakarta) tahun 2001-2010, selanjutnya RD. Agus Sugiyarto (Boyolali) tahun 2010-2013, sekarang umat digembalakan oleh RD. Dr. I Gusti Bagus Kusumawanta (Singaraja) tahun 2013-hingga sekarang. Paroki Gianyar memiliki 5 Lingkungan dengan 8 KBG serta beberapa kelompok kategorial: Legio Maria Presidium Pintu Surga, ME (Marriage Encounter), Kelompok Sekami, Kelompok OMK, Kelompok Lansia, Rukun Ibu-Ibu Paroki, dam Pemuda Katolik.
Jumlah umat terus berkembang sekitar 5,8 % pertahun karena pembaptisan, perkawinan, dan karena migrasi dari daerah NTT maupun Jawa. Banyak umat dari NTT dan Jawa yang tinggal berdomisili di Paroki Gianyar namun belum terdata dengan baik karena tidak menetap hanya saat liburan mereka tinggal di wilayah paroki Gianyar. Gianyar memiliki daya tarik bagi wisatawan dan tujuan untuk tinggal karena orang dapat menikmati kenyamanan, nuansa bersahabat, penginapan, restoran dan kebudayaan tinggi dengan seni lukis, seni tari dan makanan kuliner khas Gianyar (terutama kota Ubud). Menurut majalah Conde Nast Traveler, Ubud kota terbaik ketiga di Asia karena kedamaian dan kenyamanan. Di samping itu, di Banjar Tegal Bingin – Gianyar ada Moseum topeng, tersedia pelbagai jenis topeng dari budaya Nusantara.
Gianyar Religious Fair
Kehidupan sosial-ekonomi umat beragam: Pegawai Negeri Sipil, Swasta, Buruh, Pekerja lepas, Security, Pembantu RT, Karyawan Bank, penganggur sementara mereka yang masih mencari pekerjaan. Lingkungan Budaya Gianyar dengan seni dan tarinya memengaruhi banyak orang datang ke Gianyar.
Gianyar kota seni ukir dan seni tari. Pastor Maurice Le Coutur, MEP yang menggagas didirikan TK Santa Maria, Yayasan Sasana Seni Ukir Kayu milik Paroki Gianyar, peternakan Sapi, Babi. Pastor Maurice telah telah meninggalkan Gianyar sejak 1995, karya itu kini telah beralih ke Yayasan Insan Mandiri untuk Pastoral Pendidikan (Sekolah TK dan SD).
Pada tahun 2001 para suster Canosian (FDCC) hadir di Paroki Gianyar dan melayani bidang pendidikan dan pastoral umat hingga kini. Panggilan hidup beriman terus berkembang hingga kini dari paroki Gianyar telah memberikan putera/inya terbaik untuk Gereja: 1 Suster SND, 1 Postulan Suster CB, 1 Postulan Suster PBHK, 2 Frater Diosesan, 2 Seminaris (Seminari Menengah).
Karya pelayanan pastoral yang digagas dan dikembangkan di Paroki Gianyar adalah pastoral gembala yang baik. Gembala yang mengenal, mencari dan memelihara domba-dombanya. Gembala yang mendengarkan umat-Nya, Gembala yang ikut hadir dalam suka dan duka kehidupan beriman.
Gaya Pastoral yang dikembangkan adalah pastoral Kerajaan Allah suatu perjumpaan gembala dengan umatnya yang menyelamatkan (Fil. 2: 5-11). Spiritualitas pelayanan yang menjadi pedoman adalah “Dia yang mengosongkan diri dan menjadi seorang hamba dan menjadi sesama bagi kita”. Kehadiran Allah harus dirasakan secara nyata dalam bentuk kehadiran pelayan pastoral.
Maka salah satu pokok unggulan karya pastoral Paroki Gianyar adalah Pastoral Sosial Ekonomi melalui pelatihan dan ketrampilan umat bidang Industri Ekonomi Kreatif. Koperasi dihadirkan agar ekonomi kerakyatan dan umat diberdayakan. Hasil industri kreatif umat seperti: lukisan, ukir-ukiran ditingkatkan melalui pasar global. Bentuk dari usaha itu adalah Gianyar Religious Fair.
Gianyar Religious Fair adalah Pameran dan Pasar Religious karya umat Gianyar. Usaha ini paroki merupakan jalan mengembangkan kehidupan sosial ekonomi umat secara kreatif dan inovatif. Foto di bawah ini adalah bukti kemampuan dan ketrampilan umat dalam mengekspresikan iman dan religiusitas pada lukisan.
Sancta Maria Mater Dei, Ora pro nobis peccatoribus, nunc, et in hora mortis nostrae. Amin
Foto ini menggambarkan Santo Yohanes dari Salib memeluk Yesus tersalib. Jalan panjang hidup rohani manusia akan selalu berhadapan dengan saat-saat gelap seperti dilukiskan hidup dari Santo Yohanes dari Salib. Bersama umat dalam sukda dan duka, seorang Gembala harus hadir membawa sukacita dan kekuatan iman untuk melampaui kesulitan dalam hidup.
Ukiran kayu karya umat di atas mewujudkan iman dan religiositas umat terhadap Bunda Maria sebagai pelindung dan pendamping hidup umat Katolik Gianyar. Bunda Maria penjaga Yesus yang selalu digendong dan dikasihi. Umat Gianyar menginginkan agar dipeluk dan dilindungi Bunda Maria. Dengan berdoa di depan Bunda Maria umat Gianyar memohon rahmat agar dapat meneladani Bunda Maria yang selalu memeluk Yesus dengan dekapan kasihnya.
Dalam sukacita pemberdayaan umat Gianyar, paroki ini telah memiliki koor inti (dewasa), koor Anak-anak Sekami, koor OMK, yang pada akhirnya bisa menjadi andalan dalam berliturgi Meski banyak kekurangan namun kami tetap mampu memberikan yang terbaik untuk Gereja. Demikian Gereja akan sungguh terasakan jika berliturgi dengan baik dan bernyanyi dengan baik pula.